Header Ads

Islam Agama Penyembelih, Right! Ini Kata Para Ulama Tashawwuf (Sufisme)

 


Islam telah membuat aturan: ada bayi lahir, diperintahkan aqiqah dengan menyembelih kambing; tanggal 10-13 Dzul-Hijjah, diperintahkan udh-hiyyah atau qurban; ketika meninggalkan hal yang diperintahkan atau mengerjakan larangan tertentu dalam haji atau umrah, diperintahkan menyembelih unta, sapi atau kambing. That's great.


Islam agama penyembelih. Itu benar. Yang disembelih Islam adalah hewan halal: kambing, sapi, kuda, unta, bukan manusia. Bagi kaum vegan, kata sembelih berarti sadis, bengis, anarkis. Padahal anjing, gajah, jerapah mengalami ancaman kepunahan karena tidak disembelih untuk diupayakan berketurunan. Di samping itu, dengan penyembelihan hewan halal, kebutuhan asupan nutrisi tercukupi guna menumbuhkan energi positif untuk beraktifitas powerfull.


Imam Ibnu ‘Ajibah dalam masterpiece tafsirnya Al-Bahr Al-Madid meyakinkan kita akan adanya kandungan nilai-nilai tashawwuf (sufisme) dalam Syari’at qurban. Menukil narasi Imam Al-Wartajibiyy, qurban memiliki makna memusnahkan hawa nafsu melalui mujahadah: menekan hawa nafsu, disamping riyadhah berupa puasa, dzikir, tilawah dan amalan-amalan lainnya. Matinya hewan qurban bermakna segala yang wujud pasti akan musnah, yang kekal hanya Allah. Seorang yang sudah mencapai maqam ma’rifat pun tidak kekal kehidupannya dan segala sesuatu dalam alam semesta adalah milik Allah semata.


For your information, Nabi Ibrahim, satu orang, berqurban 1000 kambing, 300 sapi, (dan) 100 unta. Seekor kambing harganya sekitar 3 juta. Jika dikalikan 1000 jadi 3 miliar. Seekor sapi harganya sekitar 20 juta. Jika dikalikan 300 jadi 6 miliar. Sedangkan seekor unta, harganya sekitar 40 juta. Jika dikalikan 100 jadi 4 miliar. Total kisaran 13 miliar rupiah. Qurban Nabi Ibrahim tidak hanya satu kali seumur hidup. Dalam catatan matematis Syaikh Prof. Dr. ‘Abdul-Fattah bin Muhammad As-Samman, Nabi Muhammad telah menunjukkan kepada dunia bahwa ketaatan kepada Allah diantaranya adalah dengan berbagi bahan konsumsi pokok jenis lauk-pauk berupa daging unta dalam skema penundaan dam (denda wajib) haji sebanyak 250 ekor. Amazing!


Nabi Muhammad bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيءٍ. فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا القِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu, jika kalian membunuh maka bunuhlah secara baik, dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah secara baik, dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya serta memberikan kenyamanan (tidak menyiksa) kepada sembelihannya.” [Shahih Muslim; At-Tirmidziyy; Abu Dawud; dan masih banyak yang lainnya]


Kebanggaan kita kepada Islam kali ini semakin menyala pasca kita tahu Islam melalui aturan memakan satwa halal justru menjaga keseimbangan ekosistem. Rantai makanan terjaga kestabilannya. Tidak terbayang jika seluruh muslim vegan atau melakoni puasa mutih sebagai syarat kesaktian, lahirlah generasi yang terancam stunting, lemah, frigid bahkan bisa jadi kehilangan populasi. Para nonis (non Islam) yang membully Islam sebagai agama tidak berperikehewanan, please, wake up! Not excluded, aliran sesat berkedok sufisme (tashawwuf) yang sempat viral di Kota Makassar karena mengharamkan jemaatnya makan daging, susu dan shalat lima waktu. Astaghfirullah.


Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)

Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.