JATMAN Banyumas Bina 70 Musisi Aktif Seperti Nabi 'Isa Membina Komunitas Toxic
Idaroh Syu'biyyah JATMAN Kab. Banyumas yang berada di bawah naungan Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Jawa Tengah memiliki keunikan dalam pencapaian dakwah. JATMAN Banyumas membina Majelis Ath-Tho'at yang mewadahi 70-an musisi aktif Kec. Purwokerto. Bapak Bondan Bona sebagai inisiator sekaligus fasilitator majelis ini mengenang Majelis Ath-Tho'at ini berawal dari dua orang saja diasuh Kyai Muhajir Al-Ghozali Mursyid Thoriqoh Nasyabandiyyah kemudian semakin diminati hingga hari ini.
Majelis ini rutin menggelar selapanan setiap malam Jum'at Kliwon manaqib Syaikh 'Abdul-Qodir Al-Jailaniyy dengan menghadirkan Kyai JATMAN Banyumas atau lainnya untuk sesi mau'izhoh hasanah. Menurut Bondan, majelis ini mendapat izin dan barokah dari Alloh dengan indikasi bisa sustainable hingga hari ini rutinan Ahad Malam dengan mengaji Iqro, Juz 'Amma, Al-Qur'an lanjut ngaji Kitab seperti Lubab Al-Hadits dan lainnya, sementara Kamis Malam Tabarrukan/Ziaroh.
Bondan berharap JATMAN Banyumas mendukung majelis ini untuk bisa istiqomah menjalankan amaliyah thoriqoh sekalipun masih menjadi musisi aktif. Kita menjadi teringat sebuah aforisme di dunia tashowwuf, "Siiruu ilaAllooh 'urjan wa makaasiron, datanglah kepada Allah dalam kondisi kosong maupun kekurangan.” Untuk menjadi hamba Alloh bisa dalam kondisi apapun, tidak harus sempurna meski dituntut untuk berusaha sempurna sesuai kemampuan.
Ulama generasi Tabi'in, Adz-Dzahabiyy menceritakan kisah pemusik-pemabuk pada sahabat zaman Nabi yang bertaubat, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hasyim, ia berkata, "Zadzan pernah bercerita, "Dahulu aku adalah seorang pemuda yang memiliki suara merdu dan terampil memainkan thonbur (semacam gitar). Seperti biasa, aku berkumpul dengan kawan-kawanku, ditemani dengan khamar. Sementara itu, aku mendendangkan laguku dan memetik gitarku untuk kawan-kawanku. Ketika ‘Abdulloh bin Mas’ud lewat, ia langsung memecahkan botol khomr dan langsung merusak gitarku, kemudian berkata, ‘Lau kana ma yusma’u min husni shoutika ya ghulam bil Qur’an kunta anta (andai saja yang diperdendangkan dari merdunya suaramu adalah Al-Qur’an)." Setelah Ibnu Mas’ud beranjak pergi, aku bertanya kepada teman-temanku, "Siapakah orang itu?" Mereka menjawab, "Ia adalah Ibnu Mas’ud." Lalu, aku memutuskan diri untuk bertaubat, aku mengejarnya sambil menangis. Aku memegangi ujung bajunya dan menyatakan aku bertaubat. Mendengar penuturanku, Ibnu Mas'ud memelukku dan menangis haru. Ia berkata, "Marhaban bi man ahabbahulloh, marhaban (Selamat datang, wahai orang yang dicintai Allah). Setelah itu Ibnu Mas’ud mempersilakanku duduk dan masuk rumah, lalu memberikan kurma kepadaku.
Kutipan pengalaman hidup Zadzan ini bukan dalam rangka mengajak semua pemusik untuk meninggalkan musik mutlak. Dering smartphone musik, announcement bandara musik, palang pintu kereta api musik, iklan YouTube musik. Musik bisa dialihfungsikan untuk mentaubatkan para pemusik. Musik bisa dimanfaatkan sebagai ‘tali penghubung rasa’ dengan para penikmat musik agar sebakda menikmati alunan musik lantas mau mendengar ilmu. Musik bahkan bisa membuat para shufiyy ingat Allah. Para Shufiyy ingat Allah setiap berinteraksi dengan apapun: batu, rumah, kendaraan, air, api, makanan, angin, bayi, penderita cacat, jin, apapun.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal mengemukakan riwayat ketika Nabi Isa dan Nabi Yahya mendatangi sebuah daerah,
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أبِي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ قَالَ: كَانَ يَحْيَى وَعِيسَى عَلَيْهِمَا السَّلَامُ يَأْتِيَانِ الْقَرْيَةَ، فَيَسَأَلَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ عَنْ شِرَارِ أَهْلِهَا، وَيَسْأَلُ يَحْيَى عَنْ خِيَارِ أَهْلِهَا، فَيُقَالُ لَهُ: لِمَ تَنْزِلُ عَلَى شِرَارِ النَّاسِ؟ قَالَ: إِنَّمَا أَنَا طَبِيبٌ أُدَاوِي الْمَرْضَى
‘Abdullah bercerita, ayahku bercerita kepadaku, Sufyan bin ‘Uyainah bercerita, ia berkata: (Suatu saat) Yahya dan Isa ‘alaihimassalam mendatangi sebuah desa. Isa ‘alaihissalam menanyakan tentang penduduk desa yang jahat-jahat, sedangkan Yahya menanyakan penduduk desa yang baik-baik. Kemudian Isa ditanya, “Kenapa kau pergi (mencari) orang-orang jahat?” Nabi Isa menjawab, “Sesungguhnya aku tabib (dokter) yang (ditugaskan untuk) menyembuhkan orang-orang yang sakit.” [Az-Zuhd, Kairo: Dar Ar-Rayyan li At-Turats, 1992, h. 86]
Pasca mengutip atsar ini, Gus Baha dalam sebuah majelis mengutarakan, “Dua kutub manhaj ini akan terus ada. Sayyid ‘Abdullah Al-Haddad kalau ada Kyai kok suka ketawa dimarahi, “Jadi orang kok seperti tidak takut adzab. Jangan ngaji ke dia!” Sementara Syaikh Abu Al-Hasan Asy-Syadziliyy kalau ada Kyai kok suka nangis saja dimarahi, “Jadi orang kok seperti tidak ada rahmat Allah. Jangan ngaji ke dia!” Kurang lebih seperti itu komentar Gus Baha.
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment