Keramat Wali: Domisili Mesir, Selalu Zhuhuran di Damaskus
Kita bisa cermati, cerita-cerita keramat para ulama zaman dahulu yang ditaqdirkan Allah bisa melipat bumi dan menyingkat waktu pasti bukan dalam rangka main-main atau mencari tenar melainkan dalam rangka memperbanyak amal dan manfaat kepada umat termasuk pula dakwah. Jika keramat diberikan kepada ahli maksiat maka itu bukan keramat tapi istidraj. Jika keramat diberikan kepada ahli taat tapi nampak seperti tidak bermanfaat bagi umat secara langsung maka keramat tersebut adalah hiburan dari Allah untuknya secara pribadi.
ويحكى لنا الشيخ “عبدالوهاب الشعرانى” فى كتابه “الطبقات الكبرى المسماه بلواقح الأنوار فى طبقات الأخيار” عن شيخه وأستاذه “على الخواص” الذى كان لايراه أحد قط يصلى الظهر فى جماعة ولاغيرها ، بل كان يرد باب حانوته وقت الآذان فيغيب ساعة ثم يخرج ، فصادفوه فى الجامع الأبيض برملة لد (فى فلسطين) فى صلاة الظهر وأخبر الخادم فى الجامع الأبيض أنه دائماً يصلى الظهر عندهم ، وهذا يعنى أن الشيخ على الخواص كان من أهل الخطوة الذين تطوى لهم الأرض ليذهبوا أينما شاءوا،
Syaikh ‘Abdul-Wahhab Asy-Sya’raniyy dalam Ath-Thabaqat Al-Kubra: Lawaqih Al-Anwar fi Thabaqat Al-Akhyar menceritakan keramat gurunya yang bernama Syaikh ‘Aliyy Al-Khawwash yang berdomisili di Mesir sementara beliau termasuk ummiyy (buta calistung). Tak satupun orang yang pernah melihatnya melaksanakan shalat zhuhur di masjid baik secara berjamaah maupun sendirian. Setiap kali adzan berkumandang, ia segera menutup tokonya dan bergegas pergi entah kemana dan tidak ada yang mengetahui ke mana perginya. Anehnya, banyak orang yang bertemu secara kebetulan dengan Syaikh sedang mendirikan shalat zhuhur di Masjid Jami’ Al-Abyadh yang ada di Syam (sekarang Suriah). Apabila sudah masuk waktu shalat ‘Ashar, ia sudah kembali di tokonya. Peristiwa itu dikonfirmasi kebenarannya oleh marbot masjid bahwa Syaikh selalu shalat zhuhur di masjid tersebut sepanjang hidupnya.
Tentu saja itu sangat tidak masuk akal mengingat jarak tempuh antara Mesir ke Syam sekitar 1.182 Km, zaman sekarang butuh perjalanan kendaraan darat sekira 5 jam nonstop. Andaikata pada zaman sekarang ada keramat semacam ini, maka benar, tidak masalah, sepanjang kita tidak ghuluww dan memposisikan wali tersebut bisa melakukan keramat tanpa izin Allah.
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment