Header Ads

Memimpikan Tuhan? Bisa! Resensi Kitab Ta'thir Al-Anam bi Dzikri Man Ra`a Rabbahu fi Al-Manam

 



Tuhan ada. Islam meyakini Allah wujud sekaligus maujud (dirasakan kewujudannya). “Problem agama adalah Tuhan tidak bisa dilihat sehingga semua orang bisa (berpeluang) berimajinasi tentang Tuhan semaunya sendiri,” tutur Gus Baha di salah satu majelis. Sepakat, Tuhan tidak bisa dilihat mata kepala manusia yang serba terbatas. Hanya, manusia bisa melihat Allah dalam mimpi, namun bukan melihat Dzat-Nya. Di Surga, penghuninya diberi hak privilege memandang-Nya penuh haru-syahdu. 


Selagi hidup di dunia, manusia kerap terpengaruh imajinasi, sehingga saat bermimpi sesuatu bisa saja mengklaim baru saja bermimpi melihat Allah, padahal bukan. Ini bahayanya. Al-Qadhi 'Iyadh urun rembug terkait persoalan ini, sebagaimana disadur ulang dalam Fat-h Al-Bari (14/416-Dar Al-Fikr), "Tidak ada perselisihan di kalangan ulama atas probabilitas melihat Allah di alam mimpi. Ahli ta'bir memandang mimpi melihat Allah sebagai satu hal yang bisa saja terjadi, secara mutlak, dan mereka pun tidak memperselisihkan kemungkinan mimpi melihat Nabi.” 


Yang terlihat dalam alam mimpi dimana kita merasa melihat Allah, itu bukanlah wujud Allah yang sebenarnya, yang kita lihat adalah permisalan. Masih dalam uraian Al-Qadhi 'Iyadh, “Misalkan seseorang mimpi melihat Allah, maka sesungguhnya dzat-Nya Mahasuci dari segala bentuk dan gambaran, akan tetapi hal itu tersampaikan kepada orang tersebut melalui permisalan yang dapat diindera, berupa cahaya atau lainnya. Permisalan dalam mimpi tersebut mengesankan keadaan sebenarnya, sehingga si pemimpi akan berkata, "Aku telah melihat Allah dalam mimpiku." Padahal yang dimaksud bukanlah ia melihat dzat Allah sebagaimana melihat selain-Nya.” 


Dalam Ikmal Al-Mu'lim (7/220), beliau juga menerangkan, "Jika seseorang melihat Allah dengan sifat yang tidak sesuai dengan keagungan-Nya dari sifat-sifat jism (bentuk) maka yang ia lihat bukanlah dzat Allah, karena terlarang bagi Allah perbedaan bentuk, berbeda halnya dengan melihat Nabi dalam mimpi. Jadi melihat Allah dalam mimpi hanyalah merupakan bagian dari gambaran." Uraian Al-Qadhi 'Iyadh ini juga ditemukan dari penjelasan Al-Qurthubiyy dalam Al-Mufhim, Ibnu Al-Hajj dalam Al-Madkhal, As-Suyuthiyy dalam Tanwir Al-Hawalik, Al-Qasthalaniyy dalam Al-Mawahib dan lainnya.


Ibnu Taimiyyah mengingatkan, “Seseorang yang melihat Rabb-nya dalam mimpi dan berbincang-bincang dengannya adalah benar dalam ru’yah-nya. Namun tidak diperbolehkan untuk meyakini bahwasannya diri Allah (yang sebenarnya) itu seperti yang ia lihat dalam mimpi….” [Bayan Talbis Al-Jahmiyyah, 1/72] Tidak ada jaminan mutlak bahwa yang kita lihat dalam mimpi adalah wujud Allah yang asli mengingat mimpi kita selalu bercampur aduk dengan kenangan, wawasan, perasaan serta halusinasi. Hanya orang-orang yang mengenal Allah melalui firman-firman-Nya yang bisa mengenali Allah ketika Allah menginginkan menampakkan diri-Nya dalam mimpi mereka, sehingga mereka tidak ditipu oleh setan yang mengaku-ngaku sebagai Allah. 


Syaikh Ibnu ‘Atha`illah menggariskan,

وصولك إليه وصولك إلى العلم به والا فجل ربنا أن يتصل به شيء أو يتصل هو بشيء 

“Sampaimu pada Allah adalah sampaimu pada (puncak) ilmu tentang-Nya. Kalau bukan demikian, Mahasuci Tuhan kita dari penyatuan sesuatu pada-Nya atau penyatuan-Nya pada sesuatu.” Aforisme ini sangat bagus dalam mengantisipasi imajinasi liar tentang Tuhan yang berekses menjadi iman kepada pseudo-Tuhan bahkan psycho-Tuhan.


Ada kitab Ta’thir Al-Anam bi Dzikri Man Ra`a Rabbahu fi Al-Manam karya Syaikh Prof. Dr. ‘Abdul-Fattah bin Shalih Qudaisy Al-Yafi’iyy. Kitab ini sangat komprehensif merangkum data para ulama Shufiyy yang punya eksperiensi mahal: bermimpi Allah. Ada banyak catatan sejarah siapa-siapa yang dipilih Allah untuk melihat-Nya melalui labirin mimpi. Mulai dari Nabi Muhammad, ‘Umar, Al-Hasan bin ‘Aliyy, Al-Hasan Al-Bashriyy, Ibrahim bin Ad-ham, Abu Hanifah, Asy-Syafi’iyy, Abu Yazid Al-Busthamiyy, Bisyr Al-Hafiyy, Ahmad bin Hanbal, Asy-Syibliyy, Al-Qusyairiyy, Ath-Thabariyy dan ratusan ulama lainnya. Kitab ini ibarat supermarket yang one stop living: memenuhi segala kebutuhan harian Anda.





Syaikh Dr. Mushthafa Sa’id Al-Khin dan Dr. Muhammad Al-Hasan Al-Bugha dalam pengantar kitab Ta’thir Al-Anam bi Dzikri Man Ra`a Rabbahu fi Al-Manam menyatakan,

هذا وإن رؤية الله تعالى أمر يقره العقل في الدنيا يقظة ومناما, ثم حصوله مناما أشهر, وإن كان العقل لا يمنع حصوله, وأما في الآخرة فهو مما أثبتته الأدلة الصحيحة من القرآن الكريم والسنة المشرفة

Melihat Allah di dunia baik dalam keadaan sadar maupun mimpi merupakan perkara yang masuk akal. Akan halnya, melihat Allah dalam mimpi lebih masyhur (disepakati), karena make sense. Adapun melihat Allah di Akhirat ditetapkan oleh dalil-dalil yang valid dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

وطالما لم يتعارض ذلك مع صريح القرآن ومتواتر السنة وكان أوفق للخبر.. فلا يسع أحد إنكار هذا الأمر دونما تجسيم واختلاف أحوال.. 

Oleh karena perkara ini tidak bertentangan dengan akal dan teks eksplisit Al-Quran dan As-Sunnah yang mutawatir (viral), sangat relate dengan catatan sejarah, maka tidak ada alasan siapapun mengingkari perkara ini, tapi tetap tidak boleh ada unsur tajsim (mempersonifikasi Allah) dan meyakini Allah berubah keadaan/bentuk.

وهذا إن دل على شيء فيدل على سعة إكرامه تعالى لهذا الرائي لما في ذلك من تأييد وتثبيت.. وحض على الثبات والصبر.. ولا شك أن فيه كرامة لهذا الرائي إذ الرؤيا لا تقع باختيار المرء, وكلما كان الرائي صالحا كانت رؤيته على حسبه أحسن ما يرى, ولهذا رأى صلى الله عليه وسلم الله تعالى على أحسن صورة, ثم دون مثال وتشبيه .. وقد رآه تعالى كثيرون كما يذكر الكتاب مما يصل بهذا الأمر إلى التواتر ..

Ketika mimpi Allah ‘membawa’ maksud tertentu, sesungguhnya menunjukkan luasnya pemuliaan Allah terhadap orang yang memimpikan-Nya, mengandung empowerment dan peneguhan, motivasi untuk teguh dan sabar. Tidak ragu lagi, melalui mimpi Allah, seseorang mendapatkan kemuliaan, karena mimpi tidak mungkin dari hasil upaya mandiri (pasti given). Kalau sang pemimpi adalah shalih, pasti mimpi melihat-Nya dalam kondisi terindah. Wajarlah Rasulullah memimpikan Allah dalam proyeksi terbaik, tentu tidak ada permisalan dan penyerupaan bagi Allah. Banyak sekali orang yang berhasil memimpikan-Nya seperti diungkap kitab ini. Jadilah persoalan ini sebagai trending topic.





Kitab Ta’thir Al-Anam bi Dzikri Man Ra`a Rabbahu fi Al-Manam تعطير الانام بذكر من راى ربه فى المنام dengan harga Rp 135.000,- bisa diperoleh di Lajnatut-Ta`lif wan-Nasyr (LTN) JATMAN Jatim melalui 0821-4088-8638 (Gus Brilly), pembelian Anda sudah otomatis sekaligus support (donasi) program kerja LTN secara finansial.


Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)

Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.