Sikap Sufi Terhadap Kebocoran Data dan Keamanan Siber Negara
Medio Juni 2024, Indonesia gempar dengan isu A1 teretasnya Pusat Data Nasional. Peretas meminta tebusan mencapai 8 juta dollar setara Rp 130.000.000.000,- kepada Pemerintah RI. PDN akronim dari Pusat Data Nasional adalah fasilitas pusat data untuk keperluan penempatan, penyimpanan dan pengolahan data, serta pemulihan data yang digunakan oleh pemerintah pusat dan daerah agar saling terhubung, ada banyak data-data penting masyarakat Indonesia di PDN. Kebocoran PDN ini merusak ekosistem siber yang sudah aman di NKRI. Jebolnya keamanan data dalam Negeri ini mengejutkan, diantaranya lumpuhnya aplikasi M-Paspor hingga berhari-hari. Beruntung, malam hari 30 Juni 2024, M-Paspor sudah bisa digunakan untuk keperluan umrah dan perjalanan luar Negeri lainnya. Para sufi di Indonesia sudah sangat rindu dengan Tanah Suci.
Ada perintah dari Rasulullah,
استعينوا على إنجاح الحوائج بالكتمان، فإن كل ذي نعمة محسود.
“Sukseskanlah penyelesaian (sebagian) hajat kalian dengan menyembunyikan (merahasiakan), karena setiap orang yang memiliki nikmat pasti akan mendapatkan sikap hasad (dari orang lain)”. [Al-Mu’jam Al-Kabir li Ath-Thabraniyy 20/94; Majma’ Az-Zawa`id 8/195]
Hadits ini diamalkan betul oleh para shahabat Nabi, diantaranya Annas bin Malik yang berkata,
أَسَرَّ إِلَيَّ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِرًّا فَمَا أَخْبَرْتُ بِهِ أَحَدًا بَعْدُ وَلَقَدْ سَأَلَتْنِي عَنْهُ أُمُّ سُلَيْمٍ فَمَا أَخْبَرْتُهَا بِهِ
“Rasulullah menyampaikan suatu perkara rahasia kepadaku hingga setelah itu aku tidak menceritakannya kepada siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim (ibuku) pun bertanya tentang rahasia tersebut, namun aku tidak juga mau menceritakannya.” [Shahih Muslim]
Rasulullah sendiri bersama para shahabat juga menjadikan silent movement sebagai strategi perang bagi keamanan Negara. Diceritakan oleh Ibnu Al-Qayyim, “Dua bulan setelah perang Uhud, sampai kabar kepada Rasulullah bahwa Thalhah dan Salamah dari Bani Khuwailid memerintahkan kaumnya dari kalangan kaum Asad bin Khuzaimah untuk kembali menyerang kota Madinah dan merampas seluruh harta kaum muslimin. Maka ketika itu Rasulullah bergegas mengirim pasukannya dan memerintahkan mereka melakukan perjalanan di malam hari dan bersembunyi ketika siang hari, serta mengambil jalur lain yang bukan menjadi jalan umum agar tak satu pun yang mengetahui pergerakan dan strategi mereka. Alhasil mereka berhasil menghalau Bani Asad di luar dari perkiraan mereka. [Zad Al-Ma’ad 3/218]
Para ulama Sufi merawat tradisi ‘main rahasia’ ini, tentu sesuai konteks. Habit seorang darwis (istilah lain sufi) adalah merahasiakan dirinya karena khawatir mendapat pujian dari makhluq. Di samping itu, mengetahui rahasia yang semestinya diketahui termasuk diantara ilmu yang patut dipelajari. Imam Ibnu ‘Atha`illah As-Sakandariyy biasa memanjatkan doa,
إلهي علمني من علمك المخزون. وصني بسر اسمك المصون
“Tuhanku, ajarkan kepadaku ilmu-Mu yang masih tersembunyi dalam perbendaharaan-Mu. Peliharalah aku dengan rahasia nama-Mu yg tetap terpelihara.”
Dalam Konferensi Sufi Internasional di Pekalongan 27-29 Juli 2016 menghasilkan 15 poin konsensus yang dibacakan oleh Mufti Agung Damaskus Syaikh Dr. Muhammad ‘Adnan Al-Afyuniyy. Di antara poin strategisnya, bela negara merupakan kewajiban seluruh warga negara secara individu tanpa ada pengecualian. Bela negara juga memiliki dimensi beragam, melebihi sekadar mempertahankan negara dalam pertempuran, tetapi juga program keamanan, ekonomi, pendidikan. Praktis, keamanan siber Nasional juga termasuk perjuangan yang bernilai jihad.
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment