Temboro dan JATMAN Jatim Sinergi Bangun Dakwah dan Ukhuwwah Insaniyyah
27 Juni 2024, delegasi Majelisul-Ifta` wal-Irsyad Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Jawa Timur disambut hangat oleh K. H. Ubaidillah Ahror bin K. H. Mahmud Kholid Umar. Di Ndalem Kasepuhan, para khuddam mempersiapkan al-makan wa al-makanan. Gus Bed, panggilan akrab beliau, menerima kerawuhan delegasi JATMAN Jatim dengan bahasa ‘Arab ‘amiyah. Pondok Temboro yang kini sudah seluas 180 hektar mengakomodir seluruh elemen umat Islam apapun ‘warnanya’.
“Saya di acara ini hanya selaku shohibul-bait saja, tidak usah terlalu masuk, karena juga saya belum akrab betul,” ungkap Gus Bed sambil tersenyum. Beliau, seperti penuturan Ustadz Hamdani, memang orangnya suka kelakar. “Saya intinya, Temboro ini ngalap barokah saking ash-habuth-thuruq al-mu’tabaroh,” ujar Gus Bed memfasih-fasihkan lafazh karena merasa belum familiar dengan narasi-narasi thoriqoh. Padahal di ruang tamu, ada sejumlah kitab tashowwuf yang mengindikasikan pernah dibaca beberapa kali. Temboro sebenarnya tidak jauh dari sufisme. Kyai Uzairon bin Kyai Mahmud punya wazhifah ngorek (meng-qori`/membaca) kitab Ihya`. Kyai Umar Fathullah bin Kyai Mahmud, kakak kandung Gus Bed juga sampai hari ini mendawami amaliyah thoriqoh naqsyabandiyyah mujaddadiyyah kholidiyyah, warisan ayahanda, Kyai Mahmud, bersama para murid di masjid induk Temboro.
Baca juga https://www.jatmanjatim.or.id/2024/06/apakah-jamaah-tabligh-sebuah-thoriqoh.html
Secara kronologis, Temboro yang diasuh Gus Bed memang belum akrab dengan JATMAN maupun thoriqoh-thoriqoh. Namun dalam sesi ramah tamah bakda rapat, Gus Bed mengenang sang kakek yang semasa hidup memfasilitasi para mursyid thoriqoh di Ndalem Kasepuhan ini. “Saya bukan pakarnya tashowwuf, tapi pakarnya poligami,” seloroh Gus Bed diikuti tawa mringis delegasi: Abah saya sendiri Moch. Yusuf Afandy, K. H. Abdul Wahib Lamongan, K. H. M. Ma’shum Maulani Mojokerto, dan saya serta tiga khuddam praktis tertawa memendam keinginan poligami karena belum dimodali Alloh. Keempat istri dan anak-anak Gus Bed berada dalam satu rumah besar dengan pintu yang berbeda-beda. Setiap sore semuanya berkumpul untuk mengaji.
“Saya berharap dengan JATMAN difasilitasi Temboro akan terjalin peluang-peluang dakwah yang lebih. Kita (baca: Temboro) memang membuka dakwah sampaipun kepada nonmuslim. Kasihan mereka kalau sampai tidak mendapat dakwah, sama-sama keturunan Nabi Adam. Kalau kita dihisab Alloh (gara-gara tidak mendakwahi non-muslim) kan bahaya,” papar Gus Bed. Beliau juga menambahkan, Temboro sudah biasa kedatangan tamu nonmuslim dari manca negara dan dipersilakan melihat-lihat suasana keislaman di Temboro.
Dakwah bil-kalam dan dakwah bil-hal Gus Bed dan santri Temboro luar biasa. Di Temboro yang sudah seperti ekosistem sebuah kecamatan, 26.000 santri muqim dan kalong merepresentasikan ‘ubudiyyah dan akhlaq yang diajarkan Rasulullah dan generasi Salaf. Belum lagi santri yang di cabang yang kalau ditotal semuanya 60.000 orang. Ada pacuan berkuda dengan 300-an kuda sehat siap pakai. Ada kolam renang. Ada lapangan olahraga. Ada galeri peninggalan Rosululloh dan sebagian shohabat baik asli maupun replika. Siapapun yang ada di Temboro pasti akan membenarkan opini publik bahwa Temboro adalah Madinah Van Java. Saat bermalam, kami tepat tengah malam mencoba mencari kulineran, nihil, tidak ada satupun warung yang buka di radius 3 Km. Saat mesin mobil mulai panas, baru ketemu 1 toko kelontong kecil dan 1 angkringan. Keduanya dijaga oleh santri khas peci Temboro dan ibu-ibu bercadar yang ramah.
“Saya melalui acara JATMAN ini ingin kita bangun ukhuwwah insaniyyah, selain dakwah,” pesan Gus Bed sembari melepas kaca mata. Menjelang pamit, Ustadz Hasan Syarif mentaqrir dawuh Gus Bed, “Kita jalin kerja sama.” Saya pun menimpali, “JATMAN melalui LTN siap membantu ekspos Temboro sesuai fakta, bahwa Temboro bukan anti tashowwuf seperti yang distigmatisasikan di dunia maya.” Meskipun memang Temboro terbuka dengan semua corak keberislaman demi Islam itu sendiri. Saat santap pagi, Gus Bed juga mewasiatkan, “Ustadz Hasan ini dan kawan-kawannya suka tashowwuf tapi belum pernah Suluk, biar nanti (belajar) Suluk sama JATMAN.” Abah saya menambahkan, "Kan bagus kalau JATMAN menjadi senapan, Jama'ah Tabligh menjadi peluru."
Usai berpamitan dan melihat kuda-kuda di depan Masjid Trangkil Darussalam, Ustadz Hamdani mendampingi kami menikmati galeri peninggalan Rosululloh dan para shohabat sekaligus wali songo. Bahkan, Gus Bed melalui tour leader galeri, Ustadz Sholeh mempersilakan kami mencium batu bekas telapak kaki kanjeng Nabi Muhammad. Praktis, air mata kami pecah. Betapa kita-kita yang haru-biru plus bangga saat berhasil mencium batu bekas telapak kaki Rosululloh, ternyata belum tentu akan trengginas (sigap) saat diminta Rasulullah melakukan ini dan itu andai kita hidup sezaman dengan beliau. Galeri Joko Tingkir Trangkil dibangun Gus Bed dengan menggandeng seorang professor arkeolog dari United Kingdom. Puas menikmati Galeri, kepulangan kami dibekali dengan sarung pemberian Gus Bed langsung dan air rendaman rambut Rosululloh dalam botol.
Jujur, saya secara pribadi terkagum-kagum dan mengandai-andai Alloh memberi saya kekayaan saya berharap Alloh izinkan saya gunakan kekayaan itu untuk dakwah Islamiyyah shufiyyah, seperti Gus Bed. RodhiyAlloohu ‘annaa wa rodhinaa ‘anHu. “Ada amalannya, ustadz, untuk bisa mengerok (Jawa: merontokkan kekayaan dari) langit, tidak cuma mengetuk,” ungkap Ustadz Hamdani. Otomatis saya antusias menanyakan. “Nah, amalannya bisa minta langsung ke Gus Bed.” Terakhir, delegasi mensurvey lokasi Turba titik barat. Direncanakan agenda Turba JATMAN Jatim ke titik barat bertempat di aula Galeri Joko Tingkir Trangkil dengan jumlah hadirin-hadirat berkisar 400 orang.
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment