Header Ads

Futuwwah: Bushido & Thanks Giving dalam Perspektif Tashawwuf (Sufisme)




Al-Futuwwah, sebuah terma dalam dunia tashawwuf. Al-Futuwwah berakar dari kosa kata fata yakni kemudaan. Menurut Imam Al-Qusyairiyy, futuwwah adalah seorang selalu mengabdikan dirinya untuk kepentingan orang lain. [Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, hal. 275] Dalam bahasa global disebut dengan itsar namun futuwwah lebih komprehensif. Imam Al-Qusyairiyy tidak hanya mengajukan definisi dalam hematnya sendiri tapi juga mengutip definisi yang dibuat para imam sufi sebelumnya. Ada yang mengartikan, 

وقيل: الفتوة ترك التمييز.

"Futuwwah adalah tidak diskriminatif (atas nama apapun),".

Imam Al-Qusyairiyy lantas mengungkap hikayat Nabi Ibrahim dan faqir Majusi. Suatu hari seorang Majusi meminta makan kepada Nabiyullah Ibrahim. Nabi Ibrahim menjawab, saya mau kasih makan dengan syarat masuk Islam. mendengar syarat itu, si Majusi enggan dan Pergi. Ketika itulah Allah berfirman kepada Nabi Ibrahim, “Wahai Ibrahim, sejak 50 tahun saya memberi makan orang Majusi itu di atas kekufurannya, dan saya tidak pernah minta syarat. Mengapa engkau tidak kasih saja makan si Majusi itu tampa harus memintanya untuk mengubah agamanya?” mendapat teguran Allah ini, Nabi Ibrahim segera mengejar Majusi dan memintanya maaf. Justru dengan permintaan maaf Nabiyullah Ibrahim ini, konon si Majusi masuk Islam.

Kejadian ini membuat Nabi Ibrahim disebut sebagai pemilik futuwwah oleh Allah dalam QS. Al-Anbiya`: 60. Ke-futuwwah-an Nabi Ibrahim diwarisi Nabi Yusya` bin Nun murid Nabi Musa bin ‘Imran, seperti termaktub dalam QS. Al-Kahf: 60. Jadi futuwwah bukan ajaran nirsanad. Dalam Madarij As-Salikin, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengakomodir istilah futuwwah, meski para pengikut beliau di era modern membid’ahkan. Beliau menyimpulkan tiga unsur utama dalam futuwwah: (1) Berbuat baik kepada orang lain tanpa pamrih; (2) Menahan penderitaan (kezhaliman) yang ditimpakan orang lain dengan tabah dan senantiasa berserah diri kepada Allah; (3) Menanggung penderitaan orang lain dengan rela.

Krisis moral yang dirasakan di pelbagai belahan dunia berhak diberikan tawaran untuk diseminasi futuwwah. Konsep-konsep motivator psikologis dalam membangun karakter bangsa menjadi ompong tanpa futuwwah. Kelompok-kelompok sosial yang kosong dari futuwwah hanya akan menyuburkan tetumbuhan generasi zero-etika.

Paradigma Al-Futuwwah disarikan dari firman Allah,

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

“Kami menceritakan kepadamu (Nabi Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka.” [QS. Al-Kahf: 13]

Sebenarnya, konsep futuwwah lebih holistik daripada bushido dan thanks giving. Karakter futuwwah bisa termanifestasikan dalam berbagai spektrum amal: amal batin dan amal zhahir. Futuwwah tidak sekadar jiwa muda positif yang relatif nampak gebyar di permukaan tapi juga pola-pola rahasia yang kontributif. Memintakan ampun bagi siapapun dalam ukhuwwah imaniyyah dan mendoakan kebaikan berada dalam kerangka futuwwah.

Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)

Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.