Header Ads

Hikmah Polemik Dzurriyah Walisongo dan Ba'alawi



Polemik atau diskusi liar tentang keberadaan silsilah nasab dzurriyah Walisongo dengan Nasab Dzurriyah Bani Alawi (Ba'alawi), di Indonesia semakin hari masih semakin memanas khususnya di media sosial. Hal ini jika tidak segera dilakukan islah atau rekonsiliasi atau perdamaian, bisa berakibat fatal bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Khususnya bagi umat Islam, lebih khusus lagi bagi kaum Nahdiyyiin dan Nahdlatul Ulama'.

Polemik yang sangat panas tentang keberadaan silsilah nasab keluarga tersebut terjadi di lingkungan kaum Nahdiyyiin dan melibatkan para tokoh utama kedua keluarga tersebut yang keduanya terkait dengan elit politik dan puncak kekuasaan spiritual. Sebenarnya, terjadinya polemik ini sangat wajar dan normal-normal saja, karena kebanggaan terhadap apa yang dimiliki oleh sebuah keluarga atau kelompok orang adalah merupakan sunnatullah (hukum alam biasa) sebagai mana firman Allah: 

{ فَتَقَطَّعُوۤا۟ أَمۡرَهُم بَیۡنَهُمۡ زُبُرࣰاۖ كُلُّ حِزۡبِۭ بِمَا لَدَیۡهِمۡ فَرِحُونَ }

Maka kemudian mereka terpecah belah dalam urusan mereka menjadi kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok suka membanggakan apa yang ada di hadapan mereka. [QS. Al-Mu'minun: 53]

Kajian tentang nasab Ba'alawi oleh Imaduddin yang berkesimpulan bahwa Nasab klan Ba'alawi adalah munqathi' (terputus), bahkan disebutkan sebagai terputus beberapa generasi, selama sekitar 550 tahun, menimbulkan respon keras, khususnya dari kalangan para Habaib, dengan ketidak terimaan dan pembelaan. Dengan argumentasi data catatan sejarah dan kitab-kitab nasab dari berbagai zaman, masing-masing kelompok saling menjatuhkan dalil yang dipergunakan dan diajukan oleh lawan polemiknya, sehingga mengarah kepada perdebatan yang tidak sehat. 

Seharusnya polemik yang bersifat mudzakarah (saling mengingatkan) dan mujadalah (saling berargumentasi), ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk mencapai dan mendapatkan Rahmat Allah yang sangat agung bagi setiap orang dan kelompok masing-masing yang berpolemik, 

اختلاف أمتي رحمة 

Ikhtilafu ummati rohmatun (perbedaan pendapat di kalangan umatku adalah rahmat, (sebuah bentuk kasih sayang Allah). Tetapi sering kali ikhtilaf (perbedaan pendapat), di kalangan kita justru menjadi adzab, permusuhan dan perpecahan.

Berdasarkan keimanan dan prasangka baik terhadap kebenaran sabda nabi Muhammad tersebut, pasti ada yang salah di antara umat dalam menyikapi perbedaan pendapat. Sehingga rahmat Allah yang agung tidak bisa kita dapatkan. Sehingga penting bagi umat Islam untuk merubah pola pikir dan sikap mental dalam menghadapi perbedaan pendapat, khususnya yang berkaitan dengan polemik nasab Walisongo dan Ba'alawi.


Redaktur: Dr. K. H. Kharisuddin Aqib, M.Ag.

Editor: H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.