Menakar Keshohihan Kisah Karomah Wali Kalangan Ba'alawi, Walisongo, dan Wahhabi
Supporter Dzurriyyah Walisongo membully habis-habisan kisah ‘khurofat’ Habib Idrus bin Muhammad Alaydrus tentang bangkitnya jasad Sunan Bungkul dari kubur mencium tangan Habib Neon. Syaikh Sa’id bin ‘Isa Al-’Amudiyy dan Al-Faqih Al-Muqoddam adalah duo penyebar Thoriqoh ‘Alawiyyah, jasad Syaikh Sa’id pernah bangkit dari kubur demi mencium tangan seorang habib yang menziarahi makamnya. Dua kisah ini dibully habis-habisan karena sudah ‘di luar nurul’ (plesetan frasa di luar nalar), menurut kalangan kontra-Ba’alawiyy. ‘Tidak masuk haikal’ (plesetan frasa tidak masuk akal) bagaimana bisa jasad yang sudah terpendam di bawah tanah ratusan tahun bisa memanjat ke atas permukaan tanah.
Dua kisah bangkit dari kubur semacam ini bukan dari Sadah Bani ‘Alawiyy bin ‘Ubaidillah bin Ahmad bin ‘Isa Al-Muhajir saja. Dalam Jami Karamat Al-Auliya` hal 245 karya Syaikh Yusuf bin Isma’il An-Nabhaniyy, diceritakan, ketika negeri Mardin, Turki, diperintah oleh seorang raja anti thoriqoh tashowwuf. Raja ini memusuhi Syakh Khaliq. Sang raja menantang Syaikh Kholiq pamer karomahnya sebagai bukti kebenaran thoriqohnya. Syaikh Kholiq bersumpah, “Aku akan mati sebentar lagi. Kuburkanlah aku semaumu. Setelah berlalu 150 hari aku akan kembali.” Benar saja, Syaikh Kholiq pun wafat. Si raja kemudian menggali kubur yang lebih dalam dibanding kuburan pada umumnya. Selepas proses pemakaman, sang raja membangun sebuah rumah di atasnya dan memerintahkan prajuritnya untuk menjaga rumah tersebut siang malam hingga 150 hari ke depan. Belum sehari Syaikh Kholiq dimakamkan, sang raja memburu semua pengikut Syaikh Kholiq dan menyiksa mereka hingga berlalu dua pekan lebih. Pada hari ke-20 secara tiba-tiba jasad Syaikh Kholiq muncul mendatangi sang raja. Praktis sang raja ketakutan dan memutuskan bertaubat. Syaikh Kholiq mengonfirmasi, “Aku bangkit lebih dulu karena pengikutku sedang dizhalimi.”
Jujurly, Dzurriyyah Walisongo pun punya epos yang epik, yakni sembilan kubur Mbah Sholeh, marbot Masjid Agung Sunan Ampel. Mbah Sholeh diriwayatkan secara mutawatir sebagai orang yang mati hidup lagi, mati hidup lagi, mati hidup lagi hingga sembilan kali. Abdi Ndalem Raden Mohammad ‘Aliyy Rohmatulloh bin Ibrohim As-Samarqondiyy tersebut semasa hidup sangat khidmah kepada Raden Rohmat alias Sunan Ampel dengan memastikan kebersihan Masjid beliau. Sebakda wafat yang pertama, Sunan Ampel bergumam, “Coba kalau Sholeh masih hidup, pasti bersih semua.” Muncullah Mbah Sholeh, hidup seperti sedia kala, membersihkan Masjid yang didirikan Raden Rohmat. Padahal gundukan kuburannya masih ada. Tidak lama wafat lagi, jasadnya pun dikuburkan lagi di liang yang berbeda. Sunan Ampel menggumam yang sama. Muncullah Mbah Sholeh untuk kedua kalinya. Pasca membersihkan Masjid, Mbah Sholeh wafat untuk yang ketiga kalinya. Jenazahnya diurus seperti biasa, dimakamkan di lahad yang ketiga. Peristiwa itu berulang hingga sembilan kali. Penulis pernah menziarahinya pada 13 Juli 2024 pasca menggelar even Turba Idaroh Wustho JATMAN Provinsi Jawa Timur wilayah Madura Raya.
Di kalangan Wahhabi juga ada cerita bak dongeng seperti di atas. Tidak Penulis tampilkan di sini, tapi di karya Penulis, buku ke-157. Kisah-kisah seperti ini tentu tidak bisa konfirmasi kebenarannya sebagai fakta. Kita hanya bisa meyakininya sebagai benar-benar terjadi berdasarkan asy-syuhroh wa al-istifadhoh. Mengenai apakah peristiwa-peristiwa tersebut pada saat terjadi benar-benar terjadi, wAllohu a’lam. Menstatuskannya sebagai takhoyyul dan khurofat pun tidak bisa karena tidak cukup bukti kepalsuannya. Penutur cerita-cerita gigantik pun tidak bisa serta-merta kita labeli sebagai tukang dusta. Kisah-kisah ajaib bin ajabul seperti ini bagus untuk at-targhib wa at-tarhib agar kita semangat untuk menjadi waliyuLloh. Fokus kita tetaplah Alloh Mahakuasa mewujudkan keajaiban-keajaiban pada hamba-hamba pilihan-Nya demi pamer kekuasaan-Nya, bukan kesaktian sang hamba secara mandiri tanpa kendali-Nya.
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment