Pembukaan Turba Jatman Jatim Titik Madura Raya 2024
Dalam pengarahan Mudir Idaroh Wustho K. H. Musthofa Qutbi Badri, M.A. At-Tijaniyy menyampaikan Turba diharapkan menjadi wahana shilaturrahmi dan shilatul-fikri. Beliau berterima kasih sebesar-besarnya kepada K. H. Zubaidi Muhammad selaku pengasuh PP. Nahdlatut Thullab sekaligus shohibul-makan wal-makanan event Turba Madura Raya dan Rois Idaroh Syu’biyyah Kab. Sampang. Kyai Musthofa juga menambahkan, “Dalam Fathul Muin ketika membahas doa qunut wa tawallani fi man tawallait, maknanya masukkan kami ke dalam thoriqoh-thoriqohnya para wali. Kita bersyukur hari ini kita sesuai dengan doa kita dalam qunut.”
Lebih lanjut, Kyai Musthofa mengungkapkan, “Orang yang khidmah tidak hanya kepada thoriqohnya saja maka dia mencapai derajat akmaliyah. Penganut thoriqoh memang harus meyakini mursyidnya lebih hebat dari yang lain, tapi tidak boleh berlebihan, apalagi ananiyyah dan idza`ul-ghair. Masalah nasab habib yang lagi viral ini mesti kita berhati-hati agar jangan sampai kita (baca: Jatman) terbawa kepada hal-hal yang negatif.
Tafadhul terhadap dzatusy-syaikh dan thoriqoh kita bahkan maqam kita sendiri apakah terlarang, ini mesti kita rumuskan statusnya. Harusnya untuk berlomba-lomba untuk wushul bukan tafakhur. Thoriqoh itu dalam Bab Al-Ihsan. Kita perlu kembali ke bab sebelumnya yaitu Al-Islam. Dalam derajat Islam, ada empat madzhab. Apakah boleh penganut madzhab mengunggulkan dari madzhab yang lain? Ini harus hati-hati. Ternyata kesinambungan antara keempat madzhab itu kesinambungan yang luar biasa.
Melalui Jatman, kita bisa sama-sama wushul melalui thoriqoh masing-masing. Ketika kita fanatik kepada thoriqoh yang kita anut, sepanjang dalam hal menambah tunduk dalam Syar'iat maka hukumnya wajib. Semoga Allah memasukkan kita ke Surga-Nya bersama para wali-Nya. Ini harus kita kongkritnya melalui program-program Jatman.”
K. H. S. Abdul Wahid Probolinggo mewakili Rois Idaroh Wustho Jatman Jatim K. H. Fathul Huda Asy-Syadziliyy mengungkapkan, “Taushiyyah pertama, dalam PD PRT JATMAN bahwasanya memasyarakatkan thoriqoh dan menthoriqohkan masyarakat. Jika sudah paham thoriqoh, maka kita wajib membaiat masyarakat melalui 45 thoriqoh mu’tabaroh. Orang-orang kadang tahunya thoriqoh tidak ada dalilnya padahal ada nash QS. Al-Jinn: 16. Termasuk dalam tafsir Ash-Showiyy, ada makna isyariyy dalam ayat ini bahwa manakala kita masuk thoriqoh sungguh-sungguh maka hati (qolbu) kita diberi asror makrifat, disamakan dengan air untuk tubuh kita.”
Kyai Wahid menambahkan, “Kalau kita sakit jasmani, datang ke dokter, disuntiklah pantat kita, ini irrasional. Kalau kita sakit ruhani, datang ke mursyid, disuruh wirid, ini juga irrasional, karena memang ta’abbudiyy. Al-Ihsan an ta’budAlloh ka`annaka taroHu ini namanya mukasyafah, fa in lam takun taroHu fainnaHu Yaroka ini namanya muroqabah. Taushiyyah (wasiat) Thoriqoh yang kedua adalah beradab kepada Rosululloh. Taushiyyah ketiga, al-fana` fisy-syaikh muqoddimah al-fana` fiLlah. Barangsiapa menyatu dengan guru maka akan menyatu kepada Alloh. Taushiyyah keempat adalah adab kepada diri sendiri seperti sombong. Taushiyyah kelima adalah adab kepada ikhwan (sesama). Jadi tujuan pokok thoriqoh adalah adab demi menuju Alloh. Man wufiqo lidawami dzikrillah u’thiyal-marsum waliyuLloh. Bukan orang yang banyak tamunya yang sowan. Dengan thoriqoh, kita akan sehat jasmani ruhani.”
Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment