Header Ads

Sufi, Zina, Riba, Khamr, Judi, Korupsi


Gus Miek alias K. H. Hamim Thohari satu diantara fenomena nyentrik dakwah kultural yang menyentuh kaum marjinal dari dakwah: mereka yang dekat dengan lumpur hawa nafsu liar. Dengan segala kontroversinya, medali apresiasi patut diberikan kepada beliau atas dedikasinya merawat umat maksiat. Penjudi, pemabuk, pezina, pencuri, pembunuh, semuanya berhak mendengar dakwah. Allah saja memerintahkan Nabi Muhammad untuk memperdengarkan KalamuLlah kepada orang-orang kafir. 


Allah Al-Majid berfirman,

وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَ 

“Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.” [QS. At-Taubah [9]: 6]


Ibnu Katsir menafsirkan, “Kaum musyrik di dalam ayat tersebut bukanlah sekadar tidak beriman kepada Allah, namun kaum musyrik yang diperintahkan kepada Nabi untuk memerangi dan memberi izin kepadanya untuk membunuh serta merampas harta mereka. Orang-orang seperti mereka, apabila datang meminta perlindungan, hendaknya dilindungi sehingga mereka mengetahui seperti apa isi Al-Quran, yakni dengan cara membacakan atau menerangkan. Hal itu dilakukan sampai mereka dapat kembali ke negara mereka dengan aman. Islam mengajarkan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang seperti mereka agar mereka dapat mengenal Islam, sehingga Islam dapat tersebar di antara hamba-hamba Allah [Tafsir Ibnu Katsir 4/113]


Adalah para Shufiyy Thoriqoh Malamatiyyah yang lekat dengan dunia hitam, mereka rela menanggung malamah (bully-an) dari Ulama Syari’at dan umat mainstream demi memperdengarkan KalamuLlah. Diceritakan oleh Gus Baha atau K. H. Ahmad Bahauddin bin Nursalim, Syaikh Abu Al-Hasan Asy-Syadziliyy sebelum mencapai maqam muassis thoriqoh Syadziliyyah, beliau pernah bertemu wali yang memakai pakaian ala kadarnya hingga hampir nampak lututnya. Praktis Imam Syadziliyy menggumam. Sebakdanya, gigantisme sang wali merasuk dalam mimpi Imam Syadziliyy, “Kamu jangan nyindir saya, jangan mengejek saya, maqammu masih tinggi saya. Kamu lihat itu umatnya Muhammad banyak yang bisa menemani saya.”


Gus Baha juga menceritakan bahwa Abu Yazid Al-Busthamiyy mimpi “Ya Allah, saya nanti di Surga bersama siapa ?” Karena yakinnya Abu Yazid shalih jadi yakin dia wali papan atas di Surga.” Lalu Abu Yazid diawab oleh Tuhan “Nanti sama orang itu”, Ternyata orang yang ditunjuk di mimpinya adalah orang yang kumpul pemabuk di kedai khamr.


Abu Yazid masih belum percaya karena tidak mungkin seorang wali yang kelak menemani dirinya di Surga dekat dengan para pemabuk. Kemudian dia berbalik badan dan mengira bahwa mimpinya waktu itu adalah dari setan, tapi dia di pannggil oleh si wali tadi “Ya Aba Yazid, memang betul teman kamu di Surga itu saya”. Padahal Abu Yazid waktu itu tidak mengatakan apapun tapi wali tersebut mengetahui.


Lalu ditanya oleh Abu Yazid, “Kenapa kamu berteman dengan orang-orang pemabuk?” Dan dijawab oleh si wali tadi “Menurutmu aku berteman siapa? aku di warung itu cuma minum air putih, temanku yang mabuk tapi aku tidak. Ini mau aku tobatkan, dan yang setengah sudah ada di Masjid karena sabarku menemani mereka tapi aku minum air putih. Sekarang yang separuhnya lagi adalah tugasmu.”


Tradisi dakwah yang dekat-lekat dengan ahli maksiat adalah dakwah yang sesungguhnya. Jika dakwah hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis dalam strata ketaatan maka dakwah akan mandul bak pistol tanpa peluru. Demikianlah risiko dakwah di dunia hitam, tangan belepotan, wajah ikut tercoreng-moreng, baju menjadi kumal, nama pun bisa jadi turut jatuh hancur. Dakwah kepada komunitas maksiat tidak senyaman dakwah di atas panggung. Mendakwahi pemburu syahwat berpeluang dimusuhi kanan-kiri tanpa ada yang memuji. Belum lagi potensi tergoda untuk ikut menikmati maksiat. Sepanjang nawaitunya adalah Allah, ma fi musykilah.


Redaktur: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)


Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.