Turba Idaroh Wustho JATMAN Jatim Titik Timur di PP. Nurul Qadim 3 Paiton
Pagi yang sejuk sedikit berkabut menyelimuti Kalikajar Kulon, Paiton, Probolinggo. Tumbuhan tembakau masih segar menghijau. Al-Habib Hadi Assegaf Paiton mengguncang Masjid Saka 9 dengan QS. Ali ‘Imran: 102-105. Dalam sesi pembukaan Turba Idaroh Wustho JATMAN Jatim para hadirin-hadirat terkesima dengan hentakan qira`ah penuh semangat. Majelis Sholawat Syubbanul Muslimin dengan pukulan-pukulan rebana dan seperangkatnya mengusir kantuk seluruh peserta yang baru saja santap pagi di lokasi.
Agus H. Hafidzul Hakiem Noer luar biasa mempersiapkan makan (tempat) dan makanan untuk semua warga JATMAN Jatim Korwil VI dalam event Turba 28 Juli 2024. Kesibukan beliau luar biasa melanglang buana hingga manca negara bersama grup hadrohnya Syubbanul Muslimin tidak membuat Gus Hafidz enggan menyambut para ulama sufi JATMAN Jatim. PP. Nurul Qadim 3 yang diasuh beliau mendapat kucuran berkah Allah melalui para mursyid-murid thariqah yang hadir dalam silaturrahmi Idaroh Wustho dan kesembilan Idaroh Syu'biyyah ini. Kesembilannya adalah Kota Kraksaan, Kab. Probolinggo, Kota Probolinggo, Kab. Lumajang, Kab. Situbondo, Kab. Bondowoso, Kota Kencong, Kab. Jember, Kab. Banyuwangi.
Ketua panitia mewakili K. H. Imam Qusyairi Zain Mudir Syu'biyyah Kraksaan menyampaikan apresiasi atas kehadiran para sufi di PP. Nurul Qadim 3 sekaligus mengenang bahwa masyayikh Nurul Qadim adalah murid langsung Syaikh Hasan Genggong. Menurut ketua panitia, Syu'biyyah Kraksaan bisa dikatakan hanya ngalap barokah dalam acara ini karena 90 % acara ini terselenggara atas partisipasi penuh PP. Nurul Qadim 3. Berlanjut, Gus Hafidz uluk salam dan terima kasih kepada seluruh masyayikh dan muhibbin thoriqoh yang rawuh di markaz beliau dengan harapan menjadi keberkahan bagi lebih dari 2.800 santri muqim.
“Nurul Qadim punya sejarah erat dengan JATMAN. JATMI berubah jadi JATMAN pada 1979 rapat pertama kalinya di sini. Saat itu Tijaniyyah resmi masuk sebagai mu’tabaroh di JATMAN,” ungkap Gus Hafidz. Gus Hafidz menceritakan juga Nurul Qadim pernah disinggahi Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani. Beliau juga mengisahkan beberapa pengalaman Nurul Qadim yang tidak lain semuanya adalah dalam rangka khidmah kepada Nahdlatul Ulama.
Drs. K. H. M. Ma’shum Maulani, M.Pd. mengambil estafet microphone memberikan pengarahan atas nama Mudir Idaroh Wustho JATMAN Jatim. “Hari ini Turba kedua. Pertama di Madura. Sekarang titik Timur. Ketiga di titik Barat di Magetan. Terakhir titik Tengah di Malang. Turba ini perlunya kita saling ta’aruf Wustho dan Syu'biyyah se-Jawa Timur,” tutur Kyai Ma’shum. Turba ini ingin menjaring aspirasi dari bawah apa saja terkait fenomena thoriqoh. Rois dan Mudir masing-masing Idaroh Syu'biyyah sudah mendapatkan buku materi Turba untuk dicermati.
Beranjak pada pengarahan Rois, K. H. Fathul Huda membuka dengan jokes ringan, “Nurul Qadim Nurul Jadid, kita jadi ingat Imam Asy-Syafi'iyy punya qoul qodim dan qoul jadid.” Menurut beliau, Turba ini untuk muhasabah. Yang pertama, beliau mengutip ayat Laqod Kana Lakum Uswatun Hasanah. “Rosululloh itu uswah hasanah untuk ahli ma’rifat dan ahli haqiqoh. Berarti thoriqoh apapun itu benar. Tugas JATMAN bagaimana semua ahli thoriqoh saling tasamuh, tidak ada saling menyalahkan satu sama lain,” ujar Kyai Huda.
Thoriqoh banyak sekali, substansinya sama, wiridnya pasti kalimah tauhid, sholawat, tawassul. Adanya perbedaan ini, menurut Kyai Huda, ketika Multaqo Shufi ‘Alamy, kata seorang Syaikh dari Syria di situ, “Karena Rosululloh memberikan pengajaran yang berbeda-beda kepada masing-masing shohabat: Sayyidina Abu Bakr, Sayyidina ‘Aliyy dan lain-lain.” Sehingga turun ke Tabi’in juga berbeda-beda. Rosululloh memberi jawaban disesuaikan siapa penanya dan bagaimana situasi-kondisinya.
Ketika ditanya amal apa yang paling afdhol, Rosululloh memberikan jawaban yang berbeda-beda tapi substansinya sama-sama baik. Di sinilah faktor yang menjadikan thoriqoh banyak. Meski kita mesti fanatik kepada guru kita tapi tidak boleh takabbur di hadapan thoriqoh yang lain. Kalau tidak begitu maka kita tidak bisa tazkiyatun nafs.
Hadits Al-Hajju ‘Arafah punya susunan kata yang sama dengan Ad-Din An-Nashihah. Sehingga JATMAN Wustho tidak bisa eksis bila tidak menjaring aspirasi dari Syu'biyyah. Syu'biyyah tidak bisa eksis bila tidak didoakan para mursyid. Fas`alu ahladz-dzikri, ini jelas bahwa ahli thoriqoh itu rujukan. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Hikam bahwa wurudul-imdad bihasabil-isti’dad, dzikir akan berdampak luar biasa kalau ma’al-hudhur. Sehingga shalat kalau belum masuk ma’rifat maka implikasinya akan minim.
Wirid kalau benar pasti akan berbuah warid. Sekarang kalau kita belum dapat warid berarti wirid kita perlu ditashihkan lagi kepada para wali mastur maupun wali masyhur. Susahnya, wali mastur tidak mudah kita mendapatkan koreksi untuk diri kita melalui beliau. “Jujur, JATMAN Idaroh Wustho masih berjalan belum sesuai program kerja karena etos/ghiroh kurang dan kita juga masih terjebak hal-hal normatif,” papar Kyai Huda.
Kyai Huda mengajak untuk merumuskan kemandirian JATMAN Jatim melalui para praktisi profesional berkolaborasi dengan para mursyid. Kemandirian ini demi berjalannya JATMAN dengan semua program kerjanya. Kyai Huda mengemukakan sejumlah langkah kongkrit usaha kemandirian yang diinisiasi beliau sendiri demi kemandirian JATMAN Jatim. Kyai Huda berharap JATMAN Jatim bisa menjadi organisasi yang rahmatan lil-’alamin.
Acara berlanjut pada sesi jaring aspirasi. Matahari sudah di tengah ubun-ubun. Hidangan siang sudah siap namun para peserta Turba sepakat tidak menjeda agar waktu yang singkat dapat efektif untuk terkoleksinya aspirasi-aspirasi bagi kemajuan JATMAN Jatim. H. M. Matrawi, M.Si memoderasi acara. Live streaming acara ini dapat disimak di kanal resmi JATMAN Jatim https://www.youtube.com/live/2Co7cUomuPw?si=I1iHdr0y0zifaihu.
Reporter: Agus H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd. (Anggota LTN JATMAN Jatim 2023-2028)
Dilarang meng-copy paste tulisan ini tanpa izin.
Post a Comment